cover
Contact Name
STT Jaffray
Contact Email
sttjaffraymakassar@yahoo.co.id
Phone
-
Journal Mail Official
sttjaffraymakassar@yahoo.co.id
Editorial Address
Lembaga Penelitian dan Penerbitan Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Jalan Gunung Merapi No. 103 Makassar, 90114
Location
Kota adm. jakarta timur,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Jaffray
ISSN : 18299474     EISSN : 24074047     DOI : -
Jurnal Jaffray adalah jurnal peer-review dan membuka akses yang berfokus pada mempromosikan teologi dan praktik pelayanan yang dihasilkan dari teologi dasar, pendidikan Kristen dan penelitian pastoral untuk mengintegrasikan penelitian dalam semua aspek sumber daya Alkitab. Jurnal ini menerbitkan artikel asli, review, dan juga laporan kasus yang menarik. Review singkat yang berisi perkembangan teologi, tafsiran biblika dan pendidikan teologi yang terbaru dan mutakhir dapat dipublikasi dalam jurnal ini.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 13, No 1 (2015): Jurnal Jaffray Volume 13 No. 1 April 2015" : 10 Documents clear
Identitas Kristen dalam Realitas Hidup Berbelaskasihan: Memaknai Kisah Orang Samaria yang Murah Hati Suardana, I Made
Jurnal Jaffray Vol 13, No 1 (2015): Jurnal Jaffray Volume 13 No. 1 April 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pesan teks Lukas 10:25-37 sangat jelas yaitu kehidupan Kristen, bukanlah soal penampilan fisik (sebuah kehidupan yang membangun religiositas tanpa kekuatan spiritualitas). Identitas kehidupan Kristen didirikan pada dataran berbelaskasihan, maka sikap belas kasihan dalam ketulusan dan kerelaan adalah tiang kokohnya.  Terciptanya kehidupan berbagi yang semakin menyentuh kedalaman kehidupan spiritualitas yang memulihkan, menghidupkan dan menyelamatkan adalah identitas hidup Kristen.  Kekristenan menghadapi berbagai tantangan  tidak hanya bergerak pada tataran konsep, tetapi memproklamasikan sikap yang membangun perubahan hidup.  Hal itu menegaskan bahwa kematangan konsep tentang kehidupan dengan sendirinya bermakna memberdayakan kehidupan senada dengan kematangan konsep tersebut.  Belas kasihan orang Samaria yang nampak adalah akibat kepenuhan belas kasihan di dalam hatinya, atau melimpah ruah di dalam hatinya.   Sangat paradoks apabila menegaskan diri rohani, tetapi sikap hidup jauh dari tabiat atau karakter hidup rohani tersebut.The message of Luke 10: 25-37 is very clear that the Christian life is not about appearances (a life that develops religiosity without spirituality).  The identity of the Christian life is founded on the basis of mercy, thus the attitude of compassion accompanied by sincerity and willingness is one of its established pillars.  This creation of a shared life which increasingly touches the depths of a spiritual life which restores, revives, and saves is the identity of a Christian life.  Christianity faces various challenges that not only operate at the level of concepts, but also at the level of proclaimed attitudes which create life changes. This emphasizes that the maturity of this concept about the Christian life itself means an empowering life that is in line with the maturity of this concept. The mercy of the Samaritan which is visible in this text is due to the fullness of mercy in his heart, or the mercy that flows out from his heart.  It is very oxymoronic if someone emphasizes that they are spiritual, but their attitudes are far from the nature and character of the spiritual life they claim to have.
Ibadah Kontemporer: Sebuah Analisis Reflektif Terhadap Lahirnya Budaya Populer Dalam Gereja Masa Kini Tumanan, Yohanis Luni
Jurnal Jaffray Vol 13, No 1 (2015): Jurnal Jaffray Volume 13 No. 1 April 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ibarat dua buah sisi mata uang, musik dan ibadah tidak dapat dipisahkan dalam sebuah tata ibadah gereja. Ibadah merupakan salah satu cara jemaat untuk berhubungan dengan Pencipta secara dramatis-simbolis. Thomas G. Long mengatakan bahwa konteks bergereja dewasa ini adalah perang gaya baru, yaitu perang ibadah. Fenomena ini dipengaruhi oleh derasnya arus “budaya pop” yang mampir dalam ibadah gereja, yaitu dengan munculnya Christian Contemporary Music (CCM). Hal ini ditandai dengan wajah segar dalam berbagai bidang pelayanan yang peka terhadap pasar (market sensitive) yaitu peka dengan keinginan orang-orang di zaman ini, termasuk ibadah yang ditata untuk menarik pengunjung gereja. Penggunaan musik Kristen kontemporer dengan peralatan combo band, gaya musik dan aransemennya seperti musik populer umumnya tersebut kemudian merefleksikan sebuah ibadah yang disebut sebagai ibadah kontemporer (contemporary worship) yang sifatnya dinamis dan penuh antusiasme. Namun, kita tidak boleh kehilangan nilai-nilai hakiki yaitu kebenaran Alkitab untuk menata dan mengembangkan ibadah gereja dalam menghadapi derasnya arus “budaya pop”.Like two sides of the same coin, music and worship in a church service cannot be separated. Worship is one way for the congregation to relate to the Creator in a dramatic-symbolic manner. Thomas G. Long declares that in the context of the contemporary church there is a new style war, that is the worship war. This phenomena has been influenced by the swift current of  “pop culture” which made its appearancein church worship with the advent of Christian Contemporary Music (CCM). This brought a fresh face to various aspects of ministry which were market sensitive, that is sensitive to the desires of contemporary people, including worship services designed to attract church visitors. Contemporary Christian music uses a full band and the musical style and arrangements of popular music, which is reflected in a worship service called a contemporary worship service whose nature is dynamic and full of enthusiasm. Yet, the Christian church cannot lose essential values, such as using biblical truth as a basis for ordering and developing the church worship service, when facing of the swift current of  “pop culture.”
Ulasan Buku: Spiritual Formation: Menjadi Serupa dengan Kristus Maiaweng, Peniel C.D.
Jurnal Jaffray Vol 13, No 1 (2015): Jurnal Jaffray Volume 13 No. 1 April 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berdasarkan pengalamannya dalam pelayanan, Andrew Brake berkesimpulan bahwa akhir-akhir ini banyak gereja memprioritaskan penginjilan, tetapi mengabaikan pemuridan (hal. 6).  Gereja-gereja kurang menekankan ajaran Alkitab sebagai bagian integral dalam pengajaran-pengajarannya (hal. 9). Mencermati keadaan gereja demikian, Andrew Brake menegaskan bahwa para pendeta, majelis gereja, mahasiswa sekolah teologi, dan kaum awam yang terlibat dalam pelayanan dan pengajaran di gereja membutuhkan pengajaran tentang pembentukan rohani yang menolong mereka membentuk kehidupan rohani mereka.  Untuk itu Andrew Brake menulis buku tentang Spiritual Formation: Menjadi Serupa dengan Kristus yang dasar kajiannya terambil dari Khotbah Yesus di Bukit dalam Matius 4-8. Menurut Brake, seluruh anggota jemaat atau semua orang percaya dari berbagai denominasi yang berbeda, tempat ibadah yang berbeda, dan bentuk ibadah yang berbeda, memerlukan pembentukan rohani (hal. 22-24).         Menurut Andrew Brake, orang yang hidup dalam pembentukan rohani adalah (hal. 7): orang menjadi semakin serupa dengan Yesus (1 Yoh. 3:2-3); orang yang menjalani kehidupan serupa dengan Yesus; orang yang menginginkan Roh Kudus memperbarui kehidupannya secara rohani; dan orang yang hidup sesuai dengan harapan Yesus (hal. 7).         Penekanan utama dalam pembentukan rohani adalah Yesus sebagai model/teladan utama dalam mengkomunikasikan Injil, memuridkan orang Kristen baru, dan hidup menjadi serupa dengan Yesus (hal. 9).          Dasar pembentukan rohani adalah firman Allah. Hal ini dimulai dari Yesus memfokuskan diri-Nya dengan berpegang pada firman Allah (hal. 12). Kita mendengar firman (hal. 13), membacanya (hal. 15), berinteraksi dengannya (hal. 16), merenungkannya (hal. 17 [menguyah/menikmati]), dan menghafal (hal. 19).         Tanggung jawab dalam pembentukan rohani adalah pekerjaan Allah dalam kehidupan orang percaya, tetapi orang percaya juga harus memiliki upaya dalam proses pembentukan rohani. Dengan perkataan lain, orang percaya memiliki tanggung jawab di bawah kepemimpinan Allah (hal. 8).
Kajian Teologis Tentang Penyembahan Berdasarkan Injil Yohanes 4:24 Wijaya, Hengki
Jurnal Jaffray Vol 13, No 1 (2015): Jurnal Jaffray Volume 13 No. 1 April 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penulisan artikel ini adalah mengetahui arti penyembahan berdasarkan Injil Yohanes 4:24, implikasi teologis tentang penyembahan, dan sikap dan cara menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran. Penyembahan yang sejati menurut Alkitab adalah menyembah Allah yang benar di dalam roh yang diperbarui oleh Roh Kudus dan hidup sesuai dengan kebenaran Allah yaitu mengenal pribadi Yesus sebagai air hidup. Implikasi teologis biblika adalah Allah adalah Roh maka Allah harus disembah di dalam roh (batiniah yang diperbarui oleh Roh Kudus), dan bukan disembah secara lahiriah saja atau yang tampak secara jasmani. Allah saja yang harus disembah oleh manusia, tidak ada yang lain. Secara praktis orang percaya harus menyembah Allah dengan sikap yang benar dibarui oleh Roh Kudus dan hidup sesuai dengan kebenaran-Nya. Sikap penyembahan yang benar adalah sikap hati yang memuliakan Tuhan karena pengorbanan-Nya yang menyelamatkan di mana setiap orang percaya menyembah satu-satunya Juruselamat dan memberitakan-Nya dalam kehidupan orang percaya.The purpose of this article is to understand the meaning of worship based on John 4:24, the theological implication concerning worship and the attitudes and the manner of worshipping the Father in spirit and in truth. True worship from a biblical viewpoint is worshipping the true God with a spirit that is renewed by the Holy Spirit and living in accordance with the truth of God, that is, to know Jesus personally as the Living Water. The implication for biblical theology is that God is Spirit, so God is worshiped in spirit (the inner being that is renewed by the Holy Spirit), and not only worshiped outwardly, in a physical manner. It is God alone that should be worshiped by human beings, there is no other. In practice believers should worship God with a right attitude that is renewed by the Holy Spirit and live in concordance with His righteousness. The attitude of true worship is an attitude of the heart that glorifies the Lord because of His sacrifice that saves, where believers worship the one and only Savior and tell the world about Him.
Peran Pembina Remaja Bagi Perkembangan Perilaku Remaja Di Gereja Kemah Injil Indonesia Tanjung Selor Kalimantan Utara Matheus, Jonathan; Selfina, Elisabet
Jurnal Jaffray Vol 13, No 1 (2015): Jurnal Jaffray Volume 13 No. 1 April 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menemukan sejauh mana peranan seorang pembina remaja bagi perkembangan perilaku remaja.Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode kualitatif dan teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis ialah mengadakan kajian pustaka dengan mengumpulkan data melalui buku-buku dan internet, mengadakan observasi langsung di lapangan dan wawancara kepada objek kajian yaitu para pembina remaja beserta orangtua dan gembala serta pekerja setempat.Adapun kesimpulan karya ilmiah ini adalah peranan seorang pembina remaja dalam perkembangan perilaku remaja yaitu sebagai konselor, sebagai pemimpin yang memiliki visi, sebagai pemimpin rohani, sebagai sahabat, dan sebagai pendoa syafaat. Dengan demikian pembina remaja dapat menghasilkan: Pertama, remaja yang memiliki kualitas pengetahuan firman Tuhan yang baik dan benar sehingga remaja dapat menjalani kehidupan masa remajanya tanpa adanya perubahan perilaku yang menuju pada arah yang negatif. Kedua, dapat dijadikan sebagai acuan yang baik bagi pembina remaja selanjutnya dan dapat mendorong orang tua melakukan hal yang sama pada remaja saat berada dirumah. Ketiga, dapat menumbuhkan rasa percaya diri anak remaja saat mengalami perilaku yang berbeda dan mereka tahu pada siapa dapat mencurahkan masalah yang sedang dihadapinya.Kata Kunci: Peran, Pembina Remaja, Perilaku RemajaThe aim of this article is to explore the extent to which the role of a teen mentor impacts the development of youth behavior.  This work uses qualitative methods.  The author uses a data collection technique, conducting a literature review through gatheringdata from books and the internet, direct field observations, and interviews with research subjects that are all teen mentors, including parents, pastors and local workers. The conclusion of this article is that the role of a youth mentor in the flourishing of adolescent behavior is as a counselor, visionary leader, spiritual leader, friend, and intercessor.  Thus a teen mentor can yield several outcomes: First, teens who possess a good and correct knowledge of the God’s Word, so that they are able to live their teen years without a change in behavior that inclines toward the negative.  Second, a good example for future youth mentors and encouragement for parents to do the same while the teens are in the home.  Third, foster a teen’s self-confidence when they experience different behaviors, as the teen knows they have someone with whom they can share the problems which they are facing.Keywords:  role, teen mentor, teen behavior
Ulasan Buku: Bagaimana Aku Dapat Meminta Allah untuk Kesembuhan Fisik?: Panduan Alkitabiah Ronda, Daniel
Jurnal Jaffray Vol 13, No 1 (2015): Jurnal Jaffray Volume 13 No. 1 April 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Review by Daniel Ronda Kesehatan adalah hal yang berharga dari umat manusia saat ini, dan sakit adalah masalah yang besar bagi umat manusia. Sampai saat ini dunia kesehatan dan pengobatan telah mencapai dalam tahap yang mutakhir, tapi tetap saja masih tidak mampu mengatasi masalah penyakit yang rupanya juga semakin berkembang dan kompleks. Tidak sedikit yang putus asa karenanya, bahkan sekalipun berada dalam perawatan rumah sakit yang terbaik sekalipun. Akhirnya, dipahami dan dipercayai ada satu pribadi yang dapat melakukan intervensi terhadap masalah kesehatan fisik manusia, yaitu Tuhan sendiri. Ada catatan yang menarik dalam buku ini, di mana 86 persen orang Amerika percaya kepada kesembuhan ilahi, 75 persen dokter percaya bahwa doa dapat membuat pasien memiliki kehidupan yang lebih baik dan banyak keluarga dokter percaya yaitu 99 persen percaya bahwa praktik keagamaan menjadi elemen penting dalam proses kesembuhan yang sakit (hal. 9). Catatan ini menjadikan buku ini layak untuk dibaca lebih lanjut. Buku ini berisi kajian biblika tentang kesembuhan ilahi dan bukti bahwa pengobatan modern mengakui peran doa dalam kesembuhan. Walaupun demikian, tidak sedikit jemaat Kristen yang sudah membaca Alkitab dan menghadiri ibadah gereja dan bahkan mendengarkan khotbah karya dan sabda Yesus tentang kesembuhan tetap belum mengerti bagaimana dapat menerima kesembuhan dari Tuhan. Pertanyaan yang diajukan adalah: darimana dan bagaimana memulai doa kesembuhan? Selanjutnya, apa yang harus dibuat bila tidak ada perubahan atau tidak ada jawaban? Apakah orang Kristen perlu pakai kata-kata seperti “mantra” atau syarat khusus untuk doa dapat didengar? Semua pertanyaan tentang doa kesembuhan fisik ada dalam buku ini, sehingga buku ini layak menjadi sebuah buku panduan pastoral bagi mereka yang melakukan pelayanan jemaat, di mana perjumpaan dengan orang sakit pasti akan terjadi. Di buku ini juga berisi bukan hanya pembuktian kebenaran Alkitab tentang kesembuhan ilahi, tapi buku ini menjadi buku pedoman yang berisi langkah-langkah secara menyeluruh, serta beberapa nasehat yang diperlukan dalam berkomunikasi dengan Allah untuk menerima kesembuhan fisik.  Jadi buku ini berisi banyak pembuktian dari Alkitab tentang kesembuhan ilahi, kemudian diakhiri dengan pertanyaan-pertanyaan refleksi pada akhir bab, juga beberapa contoh doa tentang bagaimana seseorang berdoa untuk mendapatkan kesembuhan fisik.  Secara garis besar buku ini terdiri dari tiga bagian, di mana bagian pertama membahas tentang apa yang dibuat sebelum berdoa untuk kesembuhan? Kedua, apa yang harus dibuat selama berdoa untuk kesembuhan? Dan ketiga, apa yang kita buat setelah berdoa untuk kesembuhan. Buku ini sungguh menarik karena akhirnya atau puncaknya adalah menuntun seseorang untuk dekat kepada Yesus, sang sumber kesembuhan. Pertanyaan yang paling krusial tentunya adalah apakah seseorang pasti sembuh jika didoakan dan bagaimana jika orang tersebut tidak sembuh? David Smith dengan lugas memberikan penjelasan yang akurat (hal. 222-3). Baginya kesembuhan adalah kedaulatan Allah sendiri, sehingga tidak layak mempertanyakan iman dan ketaatan seseorang yang sakit jika kesembuhan tidak terjadi. Kesembuhan adalah kedaulatan Tuhan dan Ia memiliki hak untuk menyembuhkan, melewati proses, atau melewati pengobatan dan bahkan menyempurnakannya ketika seseorang meninggal dan masuk sorga. Pertanyaan yang tidak kalah pentingnya adalah jika Tuhan berdaulat, untuk apa gereja melakukan pelayanan doa untuk kesembuhan orang sakit dengan bersungguh-sungguh? Saya rasa David Smith berhasil memberikan penjelasan tentang arti pelayanan kesembuhan bagi kesaksian pelayanan gereja (hal. 223). Di sini gereja harus melakukan pelayanan ini untuk membuktikan Tuhan ada dan hidup, dan bahwa Dia berkuasa sehingga dapat menjadi kesaksian bagi dunia. Buku ini dapat saya simpulkan sebagai buku yang berisi kajian akademis biblika tentang kesembuhan ilahi dan pada saat yang sama diberikan penjelasan sederhana untuk menjadi panduan dalam pelayanan pastoral gereja. Tiap pemimpin gereja yang pasti berhadapan dengan pelayanan mendoakan orang sakit, patut menyediakan waktu khusus untuk membaca dan meneliti buku ini kembali. Tidak ada pelayanan yang lebih efektif bila kombinasi antara praktika dan keyakinan berpada menjadi satu sehingga kesaksian gereja dapat jauh lebih luas jangakuannya.
Analisis Pendayagunaan Karunia-Karunia Roh Terhadap Pertumbuhan Jemaat Gereja Pantekosta di Indonesia El-Shaddai Makassar Sumarauw, Johny; Astika, Made
Jurnal Jaffray Vol 13, No 1 (2015): Jurnal Jaffray Volume 13 No. 1 April 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendayagunaan karunia-karunia Roh terhadap pertumbuhan jemaat memiliki dampak pada pertumbuhan gereja secara kuantitas dan kualitas. Penelitian ini dilaksanakan di Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) El-Shaddai Makassar dengan tujuan melihat pengaruh pendayagunaan karunia-karunia Roh terhadap pertumbuhan gereja secara kuantitas dan kualitas melalui riset lapangan terhadap jemaat lokal. Kesimpulan penelitian ini adalah: Pertama, pendayagunaan karunia-karunia Roh yang dimiliki oleh setiap orang percaya memiliki satu atau lebih karunia, suatu strategi diperlukan untuk memperkenalkan karunia-karunia Roh melalui khotbah, ceramah, pendalaman Alkitab, sehingga mereka meyakini dan memercayai bahkan dapat menemukan karunianya, kemudian dikelompokkan dalam satu kelompok semua yang memiliki karunia sejenis, dibina, dilatih dan akhirnya ditempatkan pada pelayanan yang sesuai dengan karunianya. Selain itu, faktor-faktor penunjang pelaksanaan strategis pendayagunaan karunia-karunia Roh adalah organisasi yang mantap, menerapkan bimbingan dalam jemaat, dalam hal ini karunia-karunia Roh, serta ketersediaan keuangan, alat-alat dan lapangan pelayanan yang tersedia.The utilization of the gifts of the Spirit for the growth of the church has an impact on church growth in both quantity and quantity.  The research for this article was conducted at the El-Shaddai Church in Makassar of the Pentecostal Church of Indonesia with the purpose of seeing the effect of the utilization of the gifts of the Spirit for both quantitative and qualitative church growth through field research in the local congregation.  The conclusions of this study are:  First, for the utilization of the gifts of the Spirit, of which every believer has one or more, a strategy is needed that introduces the gifts of the Spirit through sermons, lectures, and Bible studies so that they believe and trust that they can find their gift(s). Then they are put in a group together with those that possess the same gift where they are nurtured, trained, and finally they are placed in a ministry in accordance with their gifts.  In addition, the supporting factors of a strategic implementation of the utilization of the gifts of the Spirit are a solid organizational structure, application of nurturing in the church (in this case the gifts of the Spirit), and the availability of finances, equipment, and a place of ministry.
Tren Pendidikan Teologi Di Dunia (Perspektif C&MA) “Quality Control”: Keunggulan Dalam Pendidikan Teologi Brake, Andrew Scott
Jurnal Jaffray Vol 13, No 1 (2015): Jurnal Jaffray Volume 13 No. 1 April 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini membahas tentang tren-tren baru dalam pendidikan tinggi teologi di dunia hari ini dari perspektif C&MA. Pendidikan teologi telah mengalami perubahan, yang dulunya hanya dibatasi pada beberapa orang di abad ke-18 dan ke-19, sampai saat ini di mana pendidikan terbuka bagi orang-orang dari bermacam-macam latar belakang. Ada beberapa isu keunggulan yang harus dihadapi oleh sekolah-sekolah teologi. Pertama adalah keunggulan dalam kepemimpinan, termasuk menentukan masa depan sekolah dan memimpin dengan rendah hati serta menjadi teladan. Yang kedua adalah keunggulan dalam bahan akademis, termasuk kepentingan penerbitan, khususnya dari “Dunia Selatan”, kepentingan tren oralitas, dan tren mengenai kepentingan mahasiswa. Yang ketiga adalah keunggulan dalam administrasi. Isu ini membahas tentang kejujuran dan integritas dan usaha untuk masuk dalam dunia teknologi abad ke-21. Yang keempat adalah keunggulan dalam karakter atau formasi rohani. Jika sebuah sekolah memerhatikan keempat isu mengenai keunggulan ini, maka akan ada masa depan yang penuh pengharapan.Kata-kata kunci: keunggulan, pendidikan teologi, kepemimpinan, formasi rohani, teladan, orality, adminstrasi, akademis, perspektif C&MA, sekolah tinggi, penerbitanThis article addressed recent trens in theological education in the world today from a C&MA perspective. Theological Education has changed over the many years, from being limited to a select few in the 18th and 19th centuries, to now be open to many different people from many backgrounds. There are areas of excellence that theological schools must address. These are, first of all, excellence in leadership. This includes shaping the future of the school and leading with humility and example. Secondly is excellence in the area of academics. This includes the importance of publishing, especially from the “Global South”, the important tren of orality, and the tren of “student-first” mentality. Thirdly is excellence in the area of administration. The speaks primarily to the area of honesty, integrity, and seeking to enter the technological world of the 21st century. Fourthly is excellence in the area of character, or spiritual formation. If a school attends to these four areas of excellence, the future will be promising.Keywords: Excellence, theological education, leadership, spiritual formation, example, orality, administration, C&MA perspective, higher education, publishing
Inkarnasi:Realitas Kemanusiaan Yesus Maiaweng, Peniel C.D.
Jurnal Jaffray Vol 13, No 1 (2015): Jurnal Jaffray Volume 13 No. 1 April 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Inkarnasi adalah doktrin Kristen yang bersumber pada Alkitab, yaitu Firman adalah kekal, Ia bersama Allah, Ia adalah Allah, dan Ia menjadi manusia.  Ia adalah Anak Tunggal Bapa yang menjadi manusia yang sempurna.  Kehadiran-Nya di bumi menyatakan Bapa dan melaksanakan kehendak Bapa, yaitu mengerjakan keselamatan bagi orang berdosa melalui kehidupan, pelayanan, kesengsaraan, penyaliban, dan kematian di Kayu Salib.  Semua peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Yesus selama Ia berada di bumi berkaitan langsung dengan keselamatan manusia. Sebelum Yesus naik ke surga, Ia telah menunjukkan realita kemanusiaan-Nya, relasi sosial-Nya, pelayanan-Nya, dan mempersiapkan para murid sebagai pemimpin yang meneruskan pelayanan yang telah dilaksanakan-Nya dan melaksanakan pemberitaan bahwa Yesus adalah satu-satunya Juruselamat dunia.Incarnation is a Christian doctrine which originates from the Bible and which explains that the Word is eternal, the Word was together with God, the Word was God, and the Word became human. The Word is the one and only Son of the Father who became the perfect man. His coming to earth manifested the Father and implemented the will of the Father, that is, effected the salvation of sinful man through His life, ministry, suffering, death on the Cross, and resurrection. All of the events that happened in the life of Jesus as long as He was on earth are directly related to the salvation of mankind. Before Jesus ascended to heaven, He showed the reality of His humanity through His social relationships and His ministry, and prepared the disciples as leaders to continue the ministry that He initiated and to promulgate the preaching that Jesus is the one and only Savior of the world.
Inkarnasi:Realitas Kemanusiaan Yesus Maiaweng, Peniel C.D.
Jurnal Jaffray Vol 13, No 1 (2015): Jurnal Jaffray Volume 13 No. 1 April 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25278/jj71.v13i1.114

Abstract

Inkarnasi adalah doktrin Kristen yang bersumber pada Alkitab, yaitu Firman adalah kekal, Ia bersama Allah, Ia adalah Allah, dan Ia menjadi manusia.  Ia adalah Anak Tunggal Bapa yang menjadi manusia yang sempurna.  Kehadiran-Nya di bumi menyatakan Bapa dan melaksanakan kehendak Bapa, yaitu mengerjakan keselamatan bagi orang berdosa melalui kehidupan, pelayanan, kesengsaraan, penyaliban, dan kematian di Kayu Salib.  Semua peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Yesus selama Ia berada di bumi berkaitan langsung dengan keselamatan manusia. Sebelum Yesus naik ke surga, Ia telah menunjukkan realita kemanusiaan-Nya, relasi sosial-Nya, pelayanan-Nya, dan mempersiapkan para murid sebagai pemimpin yang meneruskan pelayanan yang telah dilaksanakan-Nya dan melaksanakan pemberitaan bahwa Yesus adalah satu-satunya Juruselamat dunia.Incarnation is a Christian doctrine which originates from the Bible and which explains that the Word is eternal, the Word was together with God, the Word was God, and the Word became human. The Word is the one and only Son of the Father who became the perfect man. His coming to earth manifested the Father and implemented the will of the Father, that is, effected the salvation of sinful man through His life, ministry, suffering, death on the Cross, and resurrection. All of the events that happened in the life of Jesus as long as He was on earth are directly related to the salvation of mankind. Before Jesus ascended to heaven, He showed the reality of His humanity through His social relationships and His ministry, and prepared the disciples as leaders to continue the ministry that He initiated and to promulgate the preaching that Jesus is the one and only Savior of the world.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2015 2015


Filter By Issues
All Issue Vol 21, No 2 (2023): October 2023 Vol 21, No 1 (2023): April 2023 Vol 20, No 2 (2022): October 2022 Vol 20, No 1 (2022): April 2022 Vol 19, No 2 (2021): October 2021 Vol 19, No 1 (2021): April 2021 Vol 18, No 1 (2020): Jurnal Jaffray 18, no. 1 April 2020 Vol 18, No 2 (2020): October 2020 Vol 18, No 1 (2020): April 2020 Vol 17, No 1 (2019): Jurnal Jaffray Volume 17, no. 1 April 2019 Vol 17, No 2 (2019): Oktober 2019 Vol 17, No 1 (2019): April 2019 Vol 16, No 1 (2018): Jurnal Jaffray Volume 16, no. 1 April 2018 Vol 16, No 1 (2018): Jurnal Jaffray Volume 16, no. 1 April 2018 Vol 16, No 2 (2018): Oktober 2018 Vol 16, No 1 (2018): April 2018 Vol 15, No 2 (2017): Jurnal Jaffray Volume 15, No. 2 Oktober 2017 Vol 15, No 2 (2017): Jurnal Jaffray Volume 15, No. 2 Oktober 2017 Vol 15, No 1 (2017): Jurnal Jaffray Volume 15, No.1 April 2017 Vol 15, No 1 (2017): Jurnal Jaffray Volume 15, No.1 April 2017 Vol 15, No 2 (2017): Oktober 2017 Vol 15, No 1 (2017): April 2017 Vol 14, No 2 (2016): Jurnal Jaffray Volume 14, No. 2 (Oktober 2016) Vol 14, No 2 (2016): Jurnal Jaffray Volume 14, No. 2 (Oktober 2016) Vol 14, No 1 (2016): Jurnal Jaffray Volume 14, No. 1, April 2016 Vol 14, No 1 (2016): Jurnal Jaffray Volume 14, No. 1, April 2016 Vol 14, No 2 (2016): Oktober 2016 Vol 14, No 1 (2016): April 2016 Vol 13, No 2 (2015): Jurnal Jaffray Volume 13 No. 2 Oktober 2015 Vol 13, No 2 (2015): Jurnal Jaffray Volume 13, No. 2 Oktober 2015 Vol 13, No 1 (2015): Jurnal Jaffray Volume 13 No. 1 April 2015 Vol 13, No 1 (2015): Jurnal Jaffray Volume 13 No. 1 April 2015 Vol 13, No 2 (2015): Oktober 2015 Vol 13, No 1 (2015): April 2015 Vol 12, No 2 (2014): Jurnal Jaffray Volume 12 No. 2 Oktober 2014 Vol 12, No 2 (2014): Jurnal Jaffray Volume 12 No. 2 Oktober 2014 Vol 12, No 1 (2014): Jurnal Jaffray Volume 12 No. 1 April 2014 Vol 12, No 1 (2014): Jurnal Jaffray Volume 12 No. 1 April 2014 Vol 12, No 2 (2014): Oktober 2014 Vol 12, No 1 (2014): April 2014 Vol 11, No 2 (2013): Jurnal Jaffray Volume 11 No. 2 Oktober 2013 Vol 11, No 2 (2013): Jurnal Jaffray Volume 11 No. 2 Oktober 2013 Vol 11, No 1 (2013): Jurnal Jaffray Volume 11 No. 1 April 2013 Vol 11, No 1 (2013): Jurnal Jaffray Volume 11 No. 1 April 2013 Vol 11, No 2 (2013): Oktober 2013 Vol 11, No 1 (2013): April 2013 Vol 10, No 2 (2012): Jurnal Jaffray Volume 10 No. 2 Oktober 2012 Vol 10, No 1 (2012): Jurnal Jaffray Volume 10 No. 1 April 2012 Vol 10, No 2 (2012): Oktober 2012 Vol 10, No 1 (2012): April 2012 Vol 10, No 2 (2012): Vol 10, No 1 (2012): Vol 9, No 2 (2011): Jurnal Jaffray Volume 9 No. 2 Oktober 2011 Vol 9, No 1 (2011): Jurnal Jaffray Volume 9 No. 1 April 2011 Vol 9, No 2 (2011): Oktober 2011 Vol 9, No 1 (2011): April 2011 Vol 9, No 2 (2011): Vol 9, No 1 (2011): Vol 8, No 2 (2010): Jurnal Jaffray Volume 8 No. 2 Oktober 2010 Vol 8, No 2 (2010): Jurnal Jaffray Volume 8 No. 2 Oktober 2010 Vol 8, No 1 (2010): Jurnal Jaffray Volume 8 No. 1 April 2010 Vol 8, No 2 (2010): Oktober 2010 Vol 8, No 1 (2010): April 2010 Vol 7, No 2 (2009): Jurnal Jaffray Volume 7 No. 2 Oktober 2009 Vol 7, No 2 (2009): Jurnal Jaffray Volume 7 No. 2 Oktober 2009 Vol 7, No 1 (2009): Jurnal Jaffray Volume 7 No. 1 April 2009 Vol 7, No 1 (2009): Jurnal Jaffray Volume 7 No. 1 April 2009 Vol 7, No 2 (2009): Oktober 2009 Vol 7, No 1 (2009): April 2009 Vol 6, No 2 (2008): Jurnal Jaffray Volume 6, No. 2, Oktober 2008 Vol 6, No 2 (2008): Jurnal Jaffray Volume 6, No. 2, Oktober 2008 Vol 6, No 2 (2008): Oktober 2008 Vol 5, No 1 (2007): Jurnal Jaffray Volume 5, No. 1 Desember 2007 Vol 5, No 1 (2007): Jurnal Jaffray Volume 5, No. 1 Desember 2007 Vol 4, No 1 (2006): Jurnal Jaffray Volume 4, No. 1, Juni 2006 Vol 4, No 1 (2006): Jurnal Jaffray Volume 4, No. 1, Juni 2006 Vol 3, No 1 (2005): Jurnal Jaffray Volume 3, No. 1, Juni 2005 Vol 3, No 1 (2005): Jurnal Jaffray Volume 3, No. 1, Juni 2005 Vol 2, No 2 (2004): Jurnal Jaffray Volume 2, No. 2 Desember 2004 Vol 2, No 2 (2004): Jurnal Jaffray Volume 2, No. 2 Desember 2004 Vol 2, No 1 (2004): Jurnal Jaffray Volume 2, No. 1 Juni 2004 Vol 2, No 1 (2004): Jurnal Jaffray Volume 2, No. 1 Juni 2004 Vol 1, No 1 (2003): Jurnal Jaffray Volume 1, No. 1, Juni 2003 Vol 1, No 1 (2003): Jurnal Jaffray Volume 1, No. 1, Juni 2003 More Issue